1. Pendahuluan[kembali]
Dalam dunia olahraga maupun permainan kompetitif, pencatatan dan pengendalian hasil pertandingan merupakan aspek krusial yang mendukung jalannya kompetisi secara adil dan terstruktur. Sistem kontrol hasil pertandingan dibutuhkan untuk memastikan setiap skor, perolehan poin, dan statistik permainan tercatat dengan tepat dan dapat dianalisis secara efisien. Salah satu pendekatan dasar dalam implementasi sistem ini adalah dengan memanfaatkan counter (penghitung) dan operasi aritmetika sederhana. Dengan menggunakan logika pemrograman dan perangkat keras atau lunak tertentu, proses penghitungan skor dan penentuan hasil pertandingan dapat diotomatisasi, sehingga meminimalkan kesalahan manusia dan mempercepat proses evaluasi. Tugas besar ini akan membahas bagaimana merancang sistem kontrol hasil pertandingan berbasis counter dan aritmetika, serta mengimplementasikannya dalam bentuk rangkaian atau program yang efisien dan akurat.
2. Tujuan[kembali]
- Mengetahui
bentuk rangkaian aplikasi untuk kontrol hasil pertandingan sensor
pir, sensor vibration, sound sensor, sensor jarak, sensor infrared
- Dapat mensimulasikan rangkaian di aplikasi proteus
- Menyelesaikan tugas besar dari Bapak Darwison
3. Alat dan Bahan[kembali]
A. Alat
1. Voltmeter DC
Voltmeter
adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan besaran tegangan
listrik pada suatu elektronika atau rangkaian listrik dalam besaran
tertentu. Voltmeter dipasang secara paralel pada ujung-ujung hambatan
yang diukur beda potensialnya.
2. Amperemeter
Amperemeter
adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur nilai arus
listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik.
B. Bahan
1. Resistor
Resistor
adalah komponen yang berfungsi untuk mengendalikan arus listrik dengan
memberikan hambatan terhadap aliran arus dalam suatu rangkaian
elektronika.
2. Kapasitor
Kapasitor
adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan
internal dari muatan listrik dalam jangka waktu tertentu.
3. Dioda
Dioda
adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat
semikonduktor yang fungsinya mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus
searah (DC).
4. Power Supply
Power adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi menghasilkan tegangan.
5. Baterai
Baterai
merupakan sebuah sel listrik yang memiliki proses elektrokimia yang
reversible dengan tingkat keefisiensian yang tinggi. Proses elektrokimia
adalah proses pengubahan energi kimia menjadi energi listrik yang
terjadi pada saat proses pengosongan baterai serta proses pengubahan
energi listrik menjadi energi kimia yang terjadi pada saat proses
pengisian baterai.
6. Transistor
Transistor
adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai macam fungsi
seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator, dan modulator.
7. Relay
Relay
adalah saklar elektronika yang digunakan untuk membuka dan menutup
rangkaian listirk serta menstimulasi listrik kecil menjadi arus yang
lebih besar. Relay digunakan sebagai penghubung dan pemutus arus
listrik.
11. Op-Amp LM741Op-Amp
adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat
Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda,
Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga
memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada
rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau
Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.
12. Potensiometer
Potensiometer
adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai pembagi tegangan
yang bisa disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Potensiometer tergolong
sebagai variabel resistor.
13. Switch Switch
adalah komponen elektronika yang berfungsi mengontrol aliran listrik
dalam rangkaian secara manual untuk meneruskan data ke tempat yang
dituju. Switch memiliki dua kondisi stabil, yaitu on (hidup) dan off
(mati).
- Komponen input
1. Sensor Jarak
Sensor jarak adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur jarak antara sensor dengan suatu objek di sekitarnya. Sensor ini bekerja dengan cara mengirimkan sinyal (seperti gelombang ultrasonik, inframerah, atau cahaya laser) dan kemudian menghitung waktu yang dibutuhkan sinyal tersebut untuk memantul kembali dari objek.
2. Sensor Touch
Sensor
touch atau adalah komponen elektronika yang bisa mendeteksi keberadaan
atau sentuhan objek pada permukaannya. Sentuhan ini kemudian diubah
menjadi sinyal listrik yang dapat dibaca oleh perangkat lain.
3. Sensor Infrared
Sensor infrared (IR) adalah sensor yang menggunakan cahaya inframerah untuk mendeteksi keberadaan atau jarak suatu objek. Sensor ini terdiri dari pemancar IR yang mengirimkan sinyal dan penerima IR yang menangkap pantulan sinyal tersebut dari objek di depannya. Ketika ada objek yang memantulkan cahaya IR, sensor akan mendeteksi adanya objek dan dapat memperkirakan jaraknya. Sensor IR banyak digunakan dalam aplikasi seperti robot penghindar halangan, remote control, dan sistem keamanan karena bentuknya yang kecil, murah, dan mudah diintegrasikan.
4. Sensor Vibrasi
Sensor vibrasi adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi getaran atau gerakan mekanis dari suatu objek atau permukaan. Sensor ini bekerja dengan mengubah getaran fisik menjadi sinyal listrik yang kemudian dapat dianalisis. Umumnya, sensor vibrasi digunakan untuk memantau kondisi mesin, mendeteksi kerusakan, atau mengukur tingkat getaran dalam sistem industri. Beberapa jenis sensor vibrasi yang umum meliputi piezoelektrik, akselerometer, dan sensor berbasis MEMS. Dengan sensor ini, kerusakan atau ketidakseimbangan pada mesin dapat dideteksi lebih awal sehingga mencegah kegagalan sistem yang lebih besar.
5. PIR Sensor
Sensor
PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object. Sensor PIR bersifat
pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi
hanya menerima radiasi sinar infra merah dari luar.
6. Logicstate
Logicstate adalah keadaan logika dalam rangkaian digital yang merepresentasikan nilai biner, yaitu 0 (false) atau 1 (true).
7. Sound SensorSensor suara (sound sensor) adalah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur gelombang suara di lingkungan sekitarnya. Sensor ini biasanya terdiri dari mikrofon yang mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik, lalu diproses oleh rangkaian elektronik untuk menentukan tingkat intensitas suara atau mendeteksi adanya suara tertentu. Sensor suara banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti sistem keamanan, kontrol lampu otomatis berdasarkan tepuk tangan, asisten suara, dan robotika. Kepekaan sensor ini dapat disesuaikan untuk mendeteksi suara pada tingkat tertentu sesuai kebutuhan aplikasi.
8. IC 74192
IC 74192 adalah sebuah counter dekade sinkron 4-bit yang bisa menghitung naik (up) dan turun (down). IC ini termasuk dalam keluarga TTL (Transistor-Transistor Logic) dan sering digunakan dalam aplikasi penghitung digital. IC 74192 memiliki dua input utama untuk menghitung naik dan turun, serta fitur preset (untuk memuat nilai awal) dan clear (untuk mereset ke 0). Cocok digunakan dalam sistem digital seperti penghitung mundur, jam digital, atau pengendali proses.
9. IC 7448
IC 7448 adalah BCD to 7-segment decoder/driver yang digunakan untuk mengubah input kode BCD (Binary-Coded Decimal) menjadi output yang dapat mengendalikan display 7-segment tipe common cathode. IC ini menerima data 4-bit BCD (0–9) dan mengaktifkan segmen-segmen tampilan untuk membentuk angka yang sesuai. IC 7448 juga dilengkapi dengan fitur seperti lamp test, blanking, dan ripple-blanking input/output, yang berguna untuk pengaturan tampilan. Cocok digunakan dalam jam digital, penghitung, dan alat ukur digital.
10. IC 7483
IC 7483 adalah IC penjumlah (adder) 4-bit yang digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan biner. IC ini memiliki dua input 4-bit (A dan B) serta input carry-in dan menghasilkan output 4-bit hasil penjumlahan beserta output carry-out jika terjadi lebih. IC 7483 bekerja secara paralel dan cepat, sehingga sering digunakan dalam rangkaian aritmatika digital, seperti kalkulator, ALU (Arithmetic Logic Unit), dan sistem komputasi lainnya.
IC 74LS48 adalah BCD to 7-segment decoder/driver yang dirancang khusus untuk mengontrol display 7-segment tipe common anode. IC ini mengubah input berupa kode BCD (Binary-Coded Decimal) menjadi sinyal output yang menyalakan segmen-segmen tampilan untuk membentuk angka 0 hingga 9. Selain itu, IC 74LS48 memiliki fitur seperti lamp test, ripple blanking, dan input blanking, yang berguna untuk mengontrol tampilan secara lebih fleksibel. IC ini banyak digunakan dalam alat digital seperti jam, penghitung, dan indikator numerik lainnya.
- Komponen output
1. Ground
Ground adalah sistem
pentanahan yang berfungsi untuk meniadakan beda potensial sehingga jika
ada kebocoran tegangan atau arus akan langsung dibuang ke bumi.
2. LED
Light
Emiting Diode (LED) adalah komponen yang dapat memancarkan cahaya.LED
terbuat dari bahan semi konduktor yang merupakan keluarga dioda.
3. Motor Listrik
Motor
listrik adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik terbagi
dua diantaranya Motor DC (Direct Current), Motor DC menggunakan arus
searah untuk menghasilkan putaran. Motor DC memiliki torsi yang tinggi
dan dapat dikontrol dengan mudah. Dan Motor AC (Alternating Current),
Motor AC menggunakan arus bolak-balik untuk menghasilkan putaran. Motor
AC lebih efisien dan murah dibandingkan motor DC.
4. Dasar Teori[kembali]
1. Sensor Jarak
Sensor jarak adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan suatu objek dan mengukur jaraknya dari sensor tanpa harus melakukan kontak fisik. Sensor ini bekerja dengan prinsip dasar mengirimkan gelombang atau sinyal ke arah objek, kemudian mengukur waktu yang dibutuhkan sinyal tersebut untuk dipantulkan kembali ke sensor. Jenis sinyal yang digunakan bisa berupa gelombang ultrasonik, cahaya inframerah, atau laser, tergantung pada jenis sensor dan kebutuhan aplikasinya. Berdasarkan waktu pantulan atau intensitas sinyal yang kembali, sistem akan menghitung jarak antara sensor dan objek tersebut secara akurat. Sensor jarak banyak diterapkan dalam berbagai bidang, mulai dari sistem parkir mobil otomatis, robotika (seperti robot penghindar rintangan), alat ukur digital, hingga dalam proses produksi di industri untuk mendeteksi keberadaan objek pada jalur produksi. Keunggulan sensor jarak terletak pada kemampuannya mendeteksi objek secara cepat, akurat, dan tanpa sentuhan, sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam sistem otomatisasi dan kontrol modern. Selain itu, sensor ini tersedia dalam berbagai jenis dan model dengan tingkat akurasi serta jangkauan yang berbeda-beda, menjadikannya fleksibel untuk berbagai kebutuhan teknis.
Spesifikasi :- Dikalibrasi Langsung dalam Celcius (Celcius)
- Faktor Skala Linear + 10-mV / ° C
- 0,5 ° C Pastikan Akurasi (pada 25 ° C)
- Dinilai untuk Rentang Penuh −55 ° C hingga 150 ° C
- Cocok untuk Aplikasi Jarak Jauh
- Biaya Rendah Karena Pemangkasan Tingkat Wafer
- Beroperasi Dari 4 V hingga 30 V
- Pembuangan Arus Kurang dari 60-μA
- Pemanasan Mandiri Rendah, 0,08 ° C di Udara Diam
- Hanya Non-Linearitas ± ¼ ° C Tipikal
- Output Impedansi Rendah, 0,1 Ω untuk Beban 1-mA
Grafik respon
2. PIR Sensor
Sensor
PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
adanya pancaran sinar infra merah. Sensor PIR bersifat pasif, artinya
sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi hanya menerima
radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor ini biasanya digunakan dalam
perancangan detektor gerakan berbasis PIR. Karena semua benda
memancarkan energi radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika sumber
infra merah dengan suhu tertentu (misal: manusia) melewati sumber infra
merah yang lain dengan suhu yang berbeda (misal: dinding), maka sensor
akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap satuan
waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan
pembacaan pada sensor. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu:
Spesifikasi PIR sensor :
Grafik respon sensor PIR :
3. Touch Sensor
Touch
sensor atau sensor sentuh adalah sensor elektronik yang dapat
mendeteksi sentuhan. Sensor Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai
sakelar apabila disentuh, seperti sakelar pada lampu, layar sentuh
ponsel dan lain sebagainya. Sensor sentuh ini dikenal juga sebagai
sensor taktil (tactile sensor). Seiring dengan perkembangan teknologi,
sensor sentuh ini semakin banyak digunakan dan telah menggeser peranan
sakelar mekanik pada perangkat-perangkat elektronik.
Berdasarkan
fungsinya, Sensor touch dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu
sensor kapasitif dan sensor resistif. Sensor kapasitif bekerja dengan
mengukur kapasitansi sedangkan sensor resistif bekerja dengan mengukur
tekanan yang diberikan pada permukaannya.
1. Sensor Kapasitif
Sensor
sentuh Kapasitif merupakan sensor sentuh yang sangat populer pada saat
ini, hal ini dikarenakan sensor kapasitif lebih kuat, tahan lama dan
mudah digunakan serta harga yang relatif lebih murah dari sensor
resistif. Ponsel-ponsel pintar saat ini telah banyak yang menggunakan
teknologi ini karena juga menghasilkan respon yang lebih akurat. Berbeda
dengan sensor resistif yang menggunakan tekanan tertentu untuk
merasakan perubahan pada permukaan layar, sensor kapasitif memanfaatkan
sifat konduktif alami pada tubuh manusia untuk mendeteksi perubahan
layar sentuhnya. Layar sentuh sensor kapasitif ini terbuat dari bahan
konduktif (biasanya Indium Tin Oxide atau disingkat dengan ITO) yang
dilapisi oleh kaca tipis dan hanya bisa disentuh oleh jari manusia atau
stylus khusus ataupun sarung khusus yang memiliki sifat konduktif.
Pada
saat jari menyentuh layar, akan terjadi perubahaan medan listrik pada
layar sentuh tersebut dan kemudian di respon oleh processor untuk
membaca pergerakan jari tangan tersebut. Jadi perlu diperhatikan bahwa
sentuhan kita tidak akan di respon oleh layar sensor kapasitif ini
apabila kita menggunakan bahan-bahan non-konduktif sebagai perantara
jari tangan dan layar sentuh tersebut.
2. Sensor Resistif
Tidak
seperti sensor sentuh kapasitif, sensor sentuh resistif ini tidak
tergantung pada sifat listrik yang terjadi pada konduktivitas pelat
logam. Sensor resistif bekerja dengan mengukur tekanan yang diberikan
pada permukaannya. Karena tidak perlu mengukur perbedaan kapasitansi,
sensor sentuh resistif ini dapat beroperasi pada bahan non-konduktif
seperti pena, stylus atau jari di dalam sarung tangan. Sensor sentuh
resistif terdiri dari dua lapisan konduktif yang dipisahkan oleh jarak
atau celah yang sangat kecil. Dua lapisan konduktif (lapisan atas dan
lapisan bawah) ini pada dasarnya terbuat dari sebuah film. Film-film
umumnya dilapisi oleh Indium Tin Oxide yang merupakan konduktor listrik
yang baik dan juga transparan (bening).
Cara kerjanya hampir sama
dengan sebuah sakelar, pada saat film lapisan atas mendapatkan tekanan
tertentu baik dengan jari maupun stylus, maka film lapisan atas akan
bersentuhan dengan film lapisan bawah sehingga menimbulkan aliran
listrik pada titik koordinat tertentu layar tersebut dan memberikan
signal ke prosesor untuk melakukan proses selanjutnya.
Spesifikasi sensor touch :
Pinout :
Grafik respon sensor touch sensor :
4. Sensor Soil Moisture
Soil
moisture sensor adalah sensor kelembaban yang dapat mendeteksi
kelembaban dalam tanah. Sensor ini sangat sederhana, tetapi ideal untuk
memantau taman kota, atau tingkat air pada tanaman pekarangan. Sensor
ini terdiri dua probe untuk melewatkan arus melalui tanah, kemudian
membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat kelembaban.
Semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan listrik
(resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit
menghantarkan listrik (resistansi besar). Sensor ini sangat membantu
untuk mengingatkan tingkat kelembaban pada tanaman atau memantau
kelembaban tanah.

Soil moisture sensor FC-28 memiliki spesifikasi :
- Memiliki value range ADC sebesar 1024 bit mulai dari 0 – 1023 bit.
- Tegangan Operasi: 3.3V hingga 5V DC
- Operasi Saat Ini: 15mA
- Output Digital - 0V hingga 5V, Level pemicu yang dapat disesuaikan dari preset
- Output Analog - 0V hingga 5V berdasarkan radiasi infra merah dari nyala api yang jatuh pada sensor
- LED menunjukkan keluaran dan daya
- Ukuran PCB: 3,2 cm x 1,4 cm
- Desain berbasis LM393
- Mudah digunakan dengan Mikrokontroler atau bahkan dengan IC Digital / Analog normal
- Kecil, murah, dan mudah didapat
Grafik respon sensor soil moisture :
5. Sensor Cahaya/LDR
Sensor
cahaya adalah komponen elektronika yang dapat memberikan perubahan
besaran elektrik pada saat terjadi perubahan intensitas cahaya yang
diterima oleh sensor cahaya tersebut. Sensor cahaya juga dapat diartikan
sebagai alat yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya menjadi
besaran listrik. Cahaya mampu memengaruhi komponen-komponen elektronika
tertentu, sehingga akhirnya dimanfaatkan dalam teknologi sensor cahaya.
Oleh karena itu, sensor cahaya mampu mendeteksi keberadaan cahaya dan
kemudian dikonversikan dalam bentuk tegangan atau arus. Sensor cahaya
berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada disekitar kita, penggunaan
sensor cahaya dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui pada penerima
remote televisi dan pada lampu penerangan jalan otomatis.
Prinsip
kerja sensor cahaya adalah dengan mengubah energi dari foton menjadi
elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron, di mana
sensor ini akan berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan tingkat
kecerahan cahaya. Sensor cahaya bekerja dengan memanfaatkan prinsip
arus dan hambatan listrik. Ketika cahaya mengenai sensor, maka hambatan
tersebut akan meningkat atau menurun sesuai posisinya sehingga mengatur
arus.
Berdasakan jenisnya, prinsip cahaya diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni:
-
Sensor pasif, sensor yang akan menerima cahaya kemudian akan
meningkatkan atau mengurangi resistensinya. Sehingga arus listrik akan
mengalir atau terputus yang kemudian disambungkan pada lampu atau alarm.
Contoh sensor pasif yaitu Light Dependent Resistor (LDR)
- Sensor
aktif, ketika terpapar cahaya, sensor ini akan mengubah cahaya menjadi
energi lain yang lebih berguna, contoh sensor ini adalah solar cell.
Jenis-jenis sensor cahaya, antara lain :
-
Detektor kimiawi, seperti pelat fotografis, di mana molekul silver
halida dibagi menjadi sebuah atom perak metalik dan atom halogen.
- Fotoresistor atau Light Dependent Resistor (LDR) yang berubah resistansinya ketika dikenai cahaya.
- Sel fotovoltaik, prosedur kerja dari sensor ini yaitu, mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik.
-
Fotokonduktif, memberikan perubahan resistansi pada terminal outputnya
sesuai dengan perubahan intensitas cahaya yang diterimanya.
-
Fotolistrik, sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena
perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser).
- Fotodioda, berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas dioda.
- Fototransistor, berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduk-tivitas transistor.
-
Detektor optis yang berlaku seperti termometer, secara murni tanggap
terhadap pengaruh panas dari radiasi yang masuk, seperti detektor
piroelektrik, sel Golay, termokopel dan termistor, tetapi kedua yang
terakhir kurang sensitif.
- Detektor cryogenic, cukup tanggap untuk
mengukur energi dari sinar-x tunggal, serta foton cahaya terlihat dan
dekat dengan inframerah.
Spesifikasi LDR :
Grafik sensor LDR :
6. Dioda
Dioda
adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai
fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat
arus listrik dari arah sebaliknya. Sebuah Dioda dibuat dengan
menggabungkan dua bahan semi-konduktor tipe-P dan semi-konduktor tipe-N.
Ketika dua bahan ini digabungkan, terbentuk lapisan kecil lain di
antaranya yang disebut depletion layer. Ini karena lapisan tipe-P
memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-N memiliki elektron berlebih dan
keduanya mencoba berdifusi satu sama lain membentuk penghambat
resistansi tinggi antara kedua bahan. Lapisan penyumbatan ini disebut
depletion layer.
Ketika
tegangan positif diterapkan ke Anoda dan tegangan negatif diterapkan ke
Katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias maju. Selama keadaan ini
tegangan positif akan memompa lebih banyak hole ke daerah tipe-P dan
tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke daerah tipe-N
yang menyebabkan depletion layer hilang sehingga arus mengalir dari
Anoda ke Katoda. Tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat dioda
bias maju disebut forward breakdown voltage. Jika
tegangan negatif diterapkan ke anoda dan tegangan positif diterapkan ke
katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias terbalik. Selama keadaan ini
tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke material tipe-P
dan material tipe-N akan mendapatkan lebih banyak hole dari tegangan
positif yang membuat depletion layer lebih besar dan dengan demikian
tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya. Kondisi ini hanya terjadi
pada dioda yang ideal, kenyataannya arus yang kecil tetap dapat mengalir
pada bias terbalik dioda.
Spesifikasi :
Dioda dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
2. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan.
4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya.
5. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali.
7. Motor Listrik
Motor
Listrik DC atau DC motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi
listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga
dapat disebut sebagai motor arus searah. Seperti namanya, DC Motor
memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC
(Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini
biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang
menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor
Listrik DC.
Pada
prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk
bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan
yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub
selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke
utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub
selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub
utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan
pergerakan kumparan berhenti.
Grafik Respons :
8. Kapasitor
Kapasitor
adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan energi arus listrik.
Alessandro Volta adalah seorang ilmuwan dari negara Italia pernah
menyatakan bahwa "semua benda yang dapat menyimpan energi disebut
condensatore". Oleh karena itu kapasitor yang memiliki ukuran besar
dalam mikrofarad (uF), sering disebut kondensator. Kapasitor disebut
komponen pasif karena akan bekerja ketika diberi arus listrik, besar
energi yang disimpan oleh sebuah kapasitor ditentukan oleh besar nilai
kapasitor dan waktu pengisian kapasitor.
Konstruksi
dasar dari sebuah kapasitor dibuat dari 2 lempengan plat logam yang
dipasang sejajar tetapi tidak saling berhubungan, lempengan tersebut
disekat/diisolasi oleh lapisan bahan dielektrik, Jenis bahan dielektrik
inilah yang menentukan spesifikasi dan juga nama dari jenis kapasitor
tersebut, seperti: mika, polyster, keramik, dan gel cair seperti yang
digunakan pada electrolit kapasitor (ELKO). Lempengan plat logam
dibentuk sesuai dengan model kapasitor, sedangkan besar nilai
kapasitansi dan rating tegangan kapasitor ditentukan oleh konstruksi
lempengan plat logam dan lapisan isolasi (Dielektrik).
Jenis dan Simbol Kapasitor :
- Non Polar
Adalah
jenis kapasitor tanpa polaritas, artinya pemasangan dibolak-balik tidak
masalah. Kapasitor jenis ini umumnya memiliki nilai kapasintansi yang
kecil antara pikofarad dan nanofarad. Contoh kapasitor non polar adalah:
kapasitor keramik, mika, dan polyester.
- Bipolar
Adalah jenis
kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif. Hati-hati saat
pemasangan kapasitor jenis ini karena jika dipasang terbalik akan
merusak kapasitor bahkan bisa menimbulkan ledakan. Contoh kapasitor
bipolar adalah: Elektrolit kapasitor (ELKO), dan kapasitor tantalum.
- Variable kapasitor
Kapasitor
ini umumnya jenis nonpolar, biasa dipakai untuk penalaan radio
frekuensi pada rangkaian oscilator, contoh kapasitor ini adalah: VARCO
dan kapasitor trimer.
9. Resistor
Resistor
adalah komponen yang berfungsi untuk mengendalikan arus listrik dengan
memberikan hambatan terhadap aliran arus dalam suatu rangkaian
elektronika.
Cara membaca kode warna pada resistor :
Kode warna resistor :
9. Transistor
Transistor
adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi
semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Transistor Bipolar adalah
salah satu jenis transistor yang terbentuk dari 2 dioda sehingga
memiliki polaritas atau sisi positif dan sisi negatif. Biasanya
transistor Bipolar atau disebut dengan BJT (Basis Junction Transistor)
memiliki 2 jenis, diantaranya yaitu Transistor PNP dan Transistor NPN.
Transistor ini memiliki 3 polaritas yang biasa disebut B (Basis), E
(Emiter), C (Collector). Basis berfungsi sebagai base atau tempat
berkumpulnya kumpulan aliran arus yang masuk ke transistor, Emiter dan
Collector sebagai aliran arus masuk dan keluar.
Bentuk
aliran arus pada sebuah transistor dapat dirumuskan dengan hukum KCL (
Kirchoff Current Law) Atau hukum Kirchoff I, yang dirumuskan dengan :
Ie = Ic + Ib
Keterangan :
Ie = Arus Emitter
Ic = Arus Collector
Ib = Arus Basis
Pada
Transistor BJT nilai arus Ib relatif sangat kecil terhadap Ic, maka Ib
ini dapat diabaikan. Sehingga persamaan diatas bisa berubah menjadi
Ie = Ic
Keterangan :
Ie = Arus Emitter
Ic = Arus Collector
Karakteristik
input merupakan karakteristik dari tegangan base dan emitter (VBE)
sebagai fungsi arus base (IB) dengan VCE dalam keadaan konstan.
Karakteristik ini merupakan karakteristik dari junction emitter-base
dengan forward bias atau sama dengan karakteristik diode pada forward
bias. Pada BJT seluruh pembawa muatan akan melewati junction
Base-Emittor menuju Collector maka arus pada basis menjadi jauh lebih
kecil dari diode P-N dengan adanya faktor hfe. Penambahan nilai VCE
megakibatkan arus IB akan berkurang. Arus IB akan mengalir jika tegangan
VBE > 0,7 V
Karakteristik output merupakan karakteristik dengan
tegangan emitter (VCE) sebagai fungsi arus kolektor (IC) terhadap arus
base (IB) yang tetap seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Pada saat IB=0,
arus IC yang mengalir adalah arus bocor ICB0 (pada umumnya diabaikan),
sedangkan pada saat IB ≠ 0 untuk VCE kecil (<< 0,2 V), pembawa
muatan di basis tidak efisien dan transistor dikatakan dalam keadaan
saturasi dengan IB > IC / hfe . Pada saat VCE diperbesar IC pun naik
hingga melewati level tegangan VCE saturasi (0,2 -1 V) hingga transistor
bekerja dalam daerah aktif dengan IB = IC / hfe. Pada saat ini kondisi
arus IC relatif konstan terhadap variasi tegangan VCE.
Gelombang input dan output transistor :
- Fixed bias circuit
Suatu
transistor harus diberi bias dc untuk dapat dioperasikan sebagai
penguat. Titik kerja dc harus diatur agar variasi sinyal pada terminal
input dapat dikuatkan/ amplifikasi dan secara akurat direproduksi pada
terminaloutput. Rangkaian bias tetap (fix bias) untuk transistor ini
cukup sederhana karena hanya terdiri atas dua resistor RB dan RC.
Kapasitor C1 dan C2 merupakan kapasitor kopling yang berfungsi
mengisolasi tegangan dc dari transistor ke tingkat sebelum dan
sesudahnya, namun tetap menyalurkan sinyal ac-nya.
1.Forward Bias of Base-Emitter Menurut
persamaan tegangan kirchhoff dalam arah searah jarum jam untuk loop
Perhatikan polaritas tegangan melintasi RB sebagaimana ditetapkan oleh
arah yang ditunjukan IB. Didapatkan persamaan IB yaitu :
Perhatikan
polaritas tegangan melintasi RB sebagaimana ditetapkan oleh arah yang
ditunjukan IB. Didapatkan persamaan IB yaitu :
Persamaan
ini sangat mudah diingat dan hanya perlu mengingat bahwa arus basis
adalah arus yang melalui RB dan menurut hukun ohm bahwa arus adalah
tegangan melintasi RB dibagi dengan resistasi RB,
2. Collector-Emitter Loop
Bagian Collector-Emitter pada rangkaian diatas menunjukan IC saat ini dan polaritas yang dihasilkan di seluruh IC.
Besar arus IC dapat ditulis :
Menurut hukum tegangan kichhoff ke arah jarum jam di sekitar loop tertutup yang ditujukan akan menghasilkan :
Fixed-Bias load Line
Saat
kita memilih VCE = 0 V yang menetapkan sumbu vertikal sebagai garis di
mana titik kedua akan ditentukan, menemukan bahwa IC mendapatkan
persamaan berikut:
- Self bias circuit
Self
bias transistor adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan
kaki transistor yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini
menggunakan rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah
resistor, dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis
transistor. Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan
melalui rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga
disebut dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1
tingkat menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias)
karena memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi
tegangan (self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.

Rangkaian
bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah resistor,
yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas) akan
menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias mundur,
sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Rumus arus basis (IB) : Rumus arus collector (IC) : Self bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas)
akan menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias
mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) dapat ini
dimulai dengan menggambar bagian input dari rangkaian tersebut seperti
pada gambar berikut.
Rangkaian Ekuivalen Self Bias Transistor,ekuivalen bias pembagi
tegangan,rangkaian analisa self bias,rangkaian analisa dc self bias
transistor
Jaringan input dari rangkaian diatas diselesaikan dengan metode
Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan
sebuah resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB dan
resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB sehingga diperoleh
gambar ekivalen rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) sebagai
berikut.
Rangkaian Ekuivalen Thevenin Self Bias Transistor,rangkaian thevenin
self bias,rangkaian thevenin bias pembagi tegangan,analisa dc thevenin
self bias transistor
Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen rangkaian
self bias adalah sebagai berikut.
Resistansi Thevenin :
R_{TH}=RB=\frac{R1\cdot R2}{R1+R2}
Tegangan Thevenin :
V_{TH}=V_{BB}=\frac{R2\cdot VCC}{R1+R2}
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada loop input rangkaian
ekivalen Thevenin diatas, dapat ditentukan harga IB, sebagai berikut :
V_{BB}=IB\cdot RB+VBE+IE\cdot RE
Karena,
IE=(\beta +1)IB
Maka,
VBB=IB\cdot RB+VBE+(\beta +1)IB\cdot RE
Sehingga diperoleh arus basis (IB) sebagai berikut :
IB=\frac{VBB-VBE}{RB+(\beta +1)RE}
dimana harga VBE ini sama dengan VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang
diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut
dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan diatas, maka
harga IC dapat diperoleh sebagai berikut :
IC=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +(1+1/\beta )RE}
Dengan pendekatan bahwa IE ≈ IC, maka diperoleh harga arus IC pada titik
kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ sebagai berikut :
ICQ=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +RE}
Kemudian persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum
Kirchhoff pada loop output kolektor – emitor, sebagai berikut :
VCC=IC\cdot RC+VCE+IE\cdot RE
Karena,
IE=IC+IB=IC+IC/\beta =(1+1/\beta )IC
Maka :
VCC=IC.RC+VCE+(1+1/\beta )IC.RE
Sehingga diperoleh nilai VCE :
VCE=VCC-IC\cdot RC-(1+1/\beta )IC\cdot RE
Harga arus IC ini merupakan IC pada titik kerja transistor yang sering
disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE ≈ IC,
yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh VCEQ sebagai
berikut :
VCEQ=VCC-IC(RC+RE)
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika DasarSelf bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas)
akan menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias
mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) dapat ini
dimulai dengan menggambar bagian input dari rangkaian tersebut seperti
pada gambar berikut.
Rangkaian Ekuivalen Self Bias Transistor,ekuivalen bias pembagi
tegangan,rangkaian analisa self bias,rangkaian analisa dc self bias
transistor
Jaringan input dari rangkaian diatas diselesaikan dengan metode
Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan
sebuah resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB dan
resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB sehingga diperoleh
gambar ekivalen rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) sebagai
berikut.
Rangkaian Ekuivalen Thevenin Self Bias Transistor,rangkaian thevenin
self bias,rangkaian thevenin bias pembagi tegangan,analisa dc thevenin
self bias transistor
Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen rangkaian
self bias adalah sebagai berikut.
Resistansi Thevenin :
R_{TH}=RB=\frac{R1\cdot R2}{R1+R2}
Tegangan Thevenin :
V_{TH}=V_{BB}=\frac{R2\cdot VCC}{R1+R2}
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada loop input rangkaian
ekivalen Thevenin diatas, dapat ditentukan harga IB, sebagai berikut :
V_{BB}=IB\cdot RB+VBE+IE\cdot RE
Karena,
IE=(\beta +1)IB
Maka,
VBB=IB\cdot RB+VBE+(\beta +1)IB\cdot RE
Sehingga diperoleh arus basis (IB) sebagai berikut :
IB=\frac{VBB-VBE}{RB+(\beta +1)RE}
dimana harga VBE ini sama dengan VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang
diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut
dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan diatas, maka
harga IC dapat diperoleh sebagai berikut :
IC=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +(1+1/\beta )RE}
Dengan pendekatan bahwa IE ≈ IC, maka diperoleh harga arus IC pada titik
kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ sebagai berikut :
ICQ=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +RE}
Kemudian persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum
Kirchhoff pada loop output kolektor – emitor, sebagai berikut :
VCC=IC\cdot RC+VCE+IE\cdot RE
Karena,
IE=IC+IB=IC+IC/\beta =(1+1/\beta )IC
Maka :
VCC=IC.RC+VCE+(1+1/\beta )IC.RE
Sehingga diperoleh nilai VCE :
VCE=VCC-IC\cdot RC-(1+1/\beta )IC\cdot RE
Harga arus IC ini merupakan IC pada titik kerja transistor yang sering
disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE ≈ IC,
yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh VCEQ sebagai
berikut :
VCEQ=VCC-IC(RC+RE)
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Self bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Self bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas)
akan menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias
mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) dapat ini
dimulai dengan menggambar bagian input dari rangkaian tersebut seperti
pada gambar berikut.
Rangkaian Ekuivalen Self Bias Transistor,ekuivalen bias pembagi
tegangan,rangkaian analisa self bias,rangkaian analisa dc self bias
transistor
Jaringan input dari rangkaian diatas diselesaikan dengan metode
Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan
sebuah resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB dan
resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB sehingga diperoleh
gambar ekivalen rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) sebagai
berikut.
Rangkaian Ekuivalen Thevenin Self Bias Transistor,rangkaian thevenin
self bias,rangkaian thevenin bias pembagi tegangan,analisa dc thevenin
self bias transistor
Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen rangkaian
self bias adalah sebagai berikut.
Resistansi Thevenin :
R_{TH}=RB=\frac{R1\cdot R2}{R1+R2}
Tegangan Thevenin :
V_{TH}=V_{BB}=\frac{R2\cdot VCC}{R1+R2}
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada loop input rangkaian
ekivalen Thevenin diatas, dapat ditentukan harga IB, sebagai berikut :
V_{BB}=IB\cdot RB+VBE+IE\cdot RE
Karena,
IE=(\beta +1)IB
Maka,
VBB=IB\cdot RB+VBE+(\beta +1)IB\cdot RE
Sehingga diperoleh arus basis (IB) sebagai berikut :
IB=\frac{VBB-VBE}{RB+(\beta +1)RE}
dimana harga VBE ini sama dengan VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang
diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut
dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan diatas, maka
harga IC dapat diperoleh sebagai berikut :
IC=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +(1+1/\beta )RE}
Dengan pendekatan bahwa IE ≈ IC, maka diperoleh harga arus IC pada titik
kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ sebagai berikut :
ICQ=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +RE}
Kemudian persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum
Kirchhoff pada loop output kolektor – emitor, sebagai berikut :
VCC=IC\cdot RC+VCE+IE\cdot RE
Karena,
IE=IC+IB=IC+IC/\beta =(1+1/\beta )IC
Maka :
VCC=IC.RC+VCE+(1+1/\beta )IC.RE
Sehingga diperoleh nilai VCE :
VCE=VCC-IC\cdot RC-(1+1/\beta )IC\cdot RE
Harga arus IC ini merupakan IC pada titik kerja transistor yang sering
disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE ≈ IC,
yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh VCEQ sebagai
berikut :
VCEQ=VCC-IC(RC+RE)
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Self bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas)
akan menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias
mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) dapat ini
dimulai dengan menggambar bagian input dari rangkaian tersebut seperti
pada gambar berikut.
Rangkaian Ekuivalen Self Bias Transistor,ekuivalen bias pembagi
tegangan,rangkaian analisa self bias,rangkaian analisa dc self bias
transistor
Jaringan input dari rangkaian diatas diselesaikan dengan metode
Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan
sebuah resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB dan
resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB sehingga diperoleh
gambar ekivalen rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) sebagai
berikut.
Rangkaian Ekuivalen Thevenin Self Bias Transistor,rangkaian thevenin
self bias,rangkaian thevenin bias pembagi tegangan,analisa dc thevenin
self bias transistor
Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen rangkaian
self bias adalah sebagai berikut.
Resistansi Thevenin :
R_{TH}=RB=\frac{R1\cdot R2}{R1+R2}
Tegangan Thevenin :
V_{TH}=V_{BB}=\frac{R2\cdot VCC}{R1+R2}
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada loop input rangkaian
ekivalen Thevenin diatas, dapat ditentukan harga IB, sebagai berikut :
V_{BB}=IB\cdot RB+VBE+IE\cdot RE
Karena,
IE=(\beta +1)IB
Maka,
VBB=IB\cdot RB+VBE+(\beta +1)IB\cdot RE
Sehingga diperoleh arus basis (IB) sebagai berikut :
IB=\frac{VBB-VBE}{RB+(\beta +1)RE}
dimana harga VBE ini sama dengan VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang
diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut
dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan diatas, maka
harga IC dapat diperoleh sebagai berikut :
IC=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +(1+1/\beta )RE}
Dengan pendekatan bahwa IE ≈ IC, maka diperoleh harga arus IC pada titik
kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ sebagai berikut :
ICQ=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +RE}
Kemudian persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum
Kirchhoff pada loop output kolektor – emitor, sebagai berikut :
VCC=IC\cdot RC+VCE+IE\cdot RE
Karena,
IE=IC+IB=IC+IC/\beta =(1+1/\beta )IC
Maka :
VCC=IC.RC+VCE+(1+1/\beta )IC.RE
Sehingga diperoleh nilai VCE :
VCE=VCC-IC\cdot RC-(1+1/\beta )IC\cdot RE
Harga arus IC ini merupakan IC pada titik kerja transistor yang sering
disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE ≈ IC,
yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh VCEQ sebagai
berikut :
VCEQ=VCC-IC(RC+RE)
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Self bias transistor
adalah teknik pemberian tegangan basis transistor dan kaki transistor
yang berdiri sendiri. Rangkaian self bias transistor ini menggunakan
rangkaian pembagi tegangan (voltage divider) dari 2 buah resistor,
dimana titik pembagian tegangan diubungkan ke kaki basis transistor.
Karena self bias transistor ini menggunakan bias tegangan melalui
rangkaian pembagi tegangan maka self bias transistor sering juga disebut
dengan bias pembagi tegangan. Pada umumnya penguat transistor 1 tingkat
menggunakan bias tegangan jenis pembagi tegangan (self bias) karena
memiliki kestabilan yang sangat baik. Rangkaian bias pembagi tegangan
(self bias) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Bias Pembagi Tegangan (Self Bias)
Self Bias Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) terdiri dari empat buah
resistor, yaitu: R1, R2, RC, dan RE. Resistor R1 (yang berada di atas)
akan menjamin bahwa hubungan antara kolektor – basis mendapatkan bias
mundur, sedangkan resistor R2 (yang berada di bawah) akan menjamin bahwa
hubungan basis – emitor mendapatkan bias maju. Oleh karena itu dengan
adanya pembagi tegangan R1 dan R2 akan menjamin bahwa transistor dapat
bekerja pada daerah aktif. RC sebagai resistansi beban kolektor, dan RE
sebagai stabilisasi dc.
Analisis dc rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) dapat ini
dimulai dengan menggambar bagian input dari rangkaian tersebut seperti
pada gambar berikut.
Rangkaian Ekuivalen Self Bias Transistor,ekuivalen bias pembagi
tegangan,rangkaian analisa self bias,rangkaian analisa dc self bias
transistor
Jaringan input dari rangkaian diatas diselesaikan dengan metode
Thevenin, yaitu menggantinya dengan sebuah sumber tegangan VTH dan
sebuah resistansi RTH. Hubungan antara VTH dan RTH adalah seri, sehingga
diperoleh rangkaian ekivalen yang sederhana. Dalam analisa penguat
transistor tegangan Thevenin (VTH) sering disebut dengan VBB dan
resistansi Thevenin (RTH) sering disebut dengan RB sehingga diperoleh
gambar ekivalen rangkaian bias pembagi tegangan (self bias) sebagai
berikut.
Rangkaian Ekuivalen Thevenin Self Bias Transistor,rangkaian thevenin
self bias,rangkaian thevenin bias pembagi tegangan,analisa dc thevenin
self bias transistor
Harga resistansi dan tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen rangkaian
self bias adalah sebagai berikut.
Resistansi Thevenin :
R_{TH}=RB=\frac{R1\cdot R2}{R1+R2}
Tegangan Thevenin :
V_{TH}=V_{BB}=\frac{R2\cdot VCC}{R1+R2}
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff tegangan pada loop input rangkaian
ekivalen Thevenin diatas, dapat ditentukan harga IB, sebagai berikut :
V_{BB}=IB\cdot RB+VBE+IE\cdot RE
Karena,
IE=(\beta +1)IB
Maka,
VBB=IB\cdot RB+VBE+(\beta +1)IB\cdot RE
Sehingga diperoleh arus basis (IB) sebagai berikut :
IB=\frac{VBB-VBE}{RB+(\beta +1)RE}
dimana harga VBE ini sama dengan VBE aktif = 0,7 Volt. Harga IB yang
diperoleh ini merupakan titik kerja transistor yang biasanya disebut
dengan IBQ. Apabila IB = IC/β dimasukkan pada persamaan diatas, maka
harga IC dapat diperoleh sebagai berikut :
IC=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +(1+1/\beta )RE}
Dengan pendekatan bahwa IE ≈ IC, maka diperoleh harga arus IC pada titik
kerja transistor yang sering disebut dengan ICQ sebagai berikut :
ICQ=\frac{VBB-VBE}{RB/\beta +RE}
Kemudian persamaan garis beban dapat diperoleh dengan menerapkan hukum
Kirchhoff pada loop output kolektor – emitor, sebagai berikut :
VCC=IC\cdot RC+VCE+IE\cdot RE
Karena,
IE=IC+IB=IC+IC/\beta =(1+1/\beta )IC
Maka :
VCC=IC.RC+VCE+(1+1/\beta )IC.RE
Sehingga diperoleh nilai VCE :
VCE=VCC-IC\cdot RC-(1+1/\beta )IC\cdot RE
Harga arus IC ini merupakan IC pada titik kerja transistor yang sering
disebut dengan ICQ. Analisis pendekatan dapat dilakukan apabila IE ≈ IC,
yaitu arus IE dianggap sama dengan arus IC, maka diperoleh VCEQ sebagai
berikut :
VCEQ=VCC-IC(RC+RE)
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Self Bias
Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Self Bias
Transistor,rangkaian Self Bias Transistor,rangkaian bias
transistor,rangkain bias pembagi tegangan,teori bias pembagi
tegangan,definisi sefl bias,pengertian self bias transistor
Read more at: https://elektronika-dasar.web.id/self-bias-transistor/
Copyright © Elektronika Dasar Rumus arus collector (IC) :

Rumus arus emitter (IE) :

10. Operationa amplifier (741)

Penguat
operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian
terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan
beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan
dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan
nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan
yang besar serta impedansi keluaran yang kecil.
Op-Amp memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:
a. Penguat tegangan tak berhingga (AV = ∼)
b. Impedansi input tak berhingga (rin = ∼)
c. Impedansi output nol (ro = 0) d. Bandwidth tak berhingga (BW = ∼)
d. Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0)
Rangkaian dasar Op-Amp :
Op
Amp IC 741 adalah sirkuit terpadu monolitik, yang terdiri dari Penguat
Operasional tujuan umum. Ini pertama kali diproduksi oleh semikonduktor
Fairchild pada tahun 1963. Angka 741 menunjukkan bahwa IC penguat
operasional ini memiliki 7 pin fungsional, 4 pin yang mampu menerima
input dan 1 pin output. Op Amp IC 741 dapat memberikan penguatan
tegangan tinggi dan dapat dioperasikan pada rentang tegangan yang luas,
yang menjadikannya pilihan terbaik untuk digunakan dalam integrator,
penguat penjumlahan, dan aplikasi umpan balik umum. Ini juga dilengkapi
perlindungan hubung singkat dan sirkuit kompensasi frekuensi internal
yang terpasang di dalamnya.
- Voltage follower
Voltage
follower merupakan rangkaian op-amp yang tegangan keluarannya sama
dengan tegangan masukan (“mengikuti” tegangan masukan). Oleh karena itu
op-amp pengikut tegangan tidak memperkuat sinyal masukan dan memiliki
penguatan tegangan 1.
Rangkaian pengikut tegangan memiliki impedansi
masukan yang sangat tinggi. Karakteristik ini menjadikannya pilihan
populer di berbagai jenis rangkaian yang memerlukan isolasi antara
sinyal masukan dan keluaran.
- Non inverting adder amplifier
Non-inverting
adder amplifier adalah jenis penguat operasional yang memungkinkan
sinyal input dari beberapa sumber untuk ditambahkan tanpa mengubah
polaritasnya. Prinsip kerjanya didasarkan pada hukum superposisi, di
mana setiap sinyal input dihitung secara terpisah dan kemudian
dijumlahkan untuk memberikan sinyal output yang diinginkan.
Sinyal
input dari setiap sumber dihitung secara terpisah dengan menggunakan
rumus V = I x R, di mana V adalah tegangan input, I adalah arus yang
mengalir melalui resistor masukan, dan R adalah nilai resistor masukan.
Tegangan ini kemudian dikalikan dengan faktor penguatan yang ditentukan
oleh resistor umpan balik positif.
Sinyal output kemudian dihitung
menggunakan rumus Vout = (1 + Rf/Ri)(R2 V1/(R1+R2) + R1 V2/(R1+R2)
+...), di mana V1, V2, ..., Vn, adalah sinyal input dari setiap sumber,
R1, R2, ..., Rn adalah nilai resistor masukan untuk setiap sinyal
input, dan Rf adalah nilai resistor umpan balik positif.
- Detector non inverting
a. Dengan Vref = 0 Volt
Rangkaian
detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang
segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti gambar 75.
Adapun
kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 77. Dengan
Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
b. Dengan Vref = bertegangan positif
Rangkaian
detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang
segitiga dan tegangan referensi Vref > 0 Volt adalah seperti gambar
78.
Adapun
kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 80. Dengan
Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
c. Dengan Vref = bertegangan negatif
Rangkaian
detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang
segitiga dan tegangan referensi Vref < 0 Volt adalah seperti gambar
81.
Adapun
kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 83. Dengan
Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.
5. Percobaan[kembali]
a) Prosedur[kembali]
- Untuk membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang bersangkutan, di ambil dari library proteus
- Letakkan semua alat dan bahan sesuai dengan buku/ebook/pdf referensi dimana alat dan bahan terletak.
- Tempatkan posisi letak nya dengan gambar rangkaian
- Selanjutnya, hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh
-
Lalu mencoba menjalankan rangkaian , jika tidak terjadi error, maka
motor akan bergerak yang berarti rangkaian pada Tugas Besar (kontrol
rumah kaca) bekerja.
b) Rangkaian simulasi [kembali]
Prinsip kerja :
1. Sensor Vibration dan PIR
Prinsip kerja :
Rangkaian pada gambar merupakan sistem penghitung skor otomatis yang dirancang untuk mendeteksi bola yang masuk ke gawang menggunakan sensor getaran. Sensor getaran diletakkan di gawang dan akan menghasilkan sinyal logika ketika terjadi getaran akibat bola mengenai gawang. Sinyal ini kemudian diproses oleh gerbang logika AND yang berfungsi sebagai pengendali logika, memastikan bahwa hanya sinyal yang valid (misalnya setelah diverifikasi dengan tombol atau kondisi lainnya) yang diteruskan sebagai input ke rangkaian penghitung. Pulsa logika dari gerbang AND dikirim ke IC counter 74192 yang menghitung jumlah gol secara biner dalam bentuk BCD (Binary Coded Decimal). Dua IC counter digunakan, satu untuk menghitung digit satuan dan satu lagi untuk digit puluhan.
Output dari counter kemudian dikirim ke IC decoder 74192 yang mengubah kode biner dari counter menjadi sinyal untuk menyalakan seven segment display. Tampilan angka pada dua buah seven segment ini menunjukkan jumlah total gol yang telah terdeteksi. Dengan demikian, rangkaian ini dapat menghitung dan menampilkan skor secara otomatis setiap kali sensor mendeteksi bola masuk ke gawang. Di bagian kanan atas tampak juga tabel kebenaran dan peta Karnaugh yang digunakan untuk menyusun logika dari sistem tersebut, mendukung desain gerbang logika seperti AND yang digunakan dalam rangkaian. Keseluruhan sistem ini memadukan sensor analog, logika digital, dan tampilan visual sebagai solusi otomatisasi sederhana dalam sebuah permainan atau pertandingan.
2. Touch Sensor dan Sensor Jarak
Prinsip kerja :
Rangkaian pada gambar merupakan sistem verifikasi gol dalam pertandingan robot sepak bola yang memanfaatkan gabungan antara sensor otomatis dan kontrol manual. Sensor utama yang digunakan adalah sensor sentuh dan sensor jarak (proximity), masing-masing memiliki fungsi yang saling melengkapi. Sensor sentuh berfungsi sebagai kontrol manual yang ditekan oleh wasit saat bola benar-benar masuk ke gawang, menandakan bahwa gol tersebut sah. Di sisi lain, sensor jarak yang diposisikan di pinggir gawang akan aktif ketika mendeteksi adanya objek (seperti bola) yang berada dalam jarak kurang dari 10 cm, memberikan sinyal otomatis bahwa ada benda yang mendekat ke gawang.
Sinyal dari kedua sensor ini kemudian diproses oleh sistem logika digital yang terdiri dari encoder dan aritmatik full adder, yang akan menghasilkan output biner untuk mengendalikan tampilan angka pada seven segment. Tampilan angka "1" pada seven segment menunjukkan bahwa satu gol sah telah terjadi. Selain itu, digunakan rangkaian penguat operasional amplifier (op-amp) dengan konfigurasi non-inverting yang berfungsi sebagai komparator, membandingkan tegangan dari sensor jarak untuk menentukan apakah objek cukup dekat untuk dianggap valid. Jika kondisi terpenuhi, maka output op-amp akan mencapai tegangan saturasi dan mengaktifkan transistor pada bagian fixed bias untuk mengalirkan sinyal ke logika digital. Seluruh sistem ini bekerja untuk memastikan deteksi gol dilakukan secara akurat dan dapat divalidasi baik secara otomatis maupun manual oleh wasit.
3. Sensor Infrared
Prinsip kerja :
Rangkaian pada gambar merupakan sistem pendeteksi pelanggaran atau bola keluar lapangan dalam pertandingan robot sepak bola menggunakan infrared sensor, op-amp sebagai buffer, dan driver motor untuk aktuator bendera wasit garis. Sensor inframerah (infrared sensor) mendeteksi keberadaan bola atau pemain yang melewati batas garis lapangan. Ketika sensor mendeteksi objek, ia mengirimkan sinyal logika ke rangkaian selanjutnya. Sinyal tersebut terlebih dahulu distabilkan menggunakan op-amp konfigurasi buffer (voltage follower) untuk memastikan tegangan input dan output tetap sama tanpa beban, lalu diteruskan ke rangkaian penguat berbasis transistor dengan konfigurasi emitter bias untuk menguatkan sinyal kontrol.
Output dari penguat ini akan mengaktifkan relay, yang kemudian menghubungkan daya ke motor kecil (aktuator). Motor ini akan mengangkat sebuah bendera wasit garis sebagai sinyal visual bahwa telah terjadi pelanggaran atau bola keluar lapangan. Relay dikendalikan oleh sinyal dari op-amp dan transistor, dan pada saat aktif, arus dari baterai (BAT1) akan dialirkan ke motor. Rangkaian ini juga dilengkapi dengan dioda flyback (D3) untuk melindungi rangkaian dari lonjakan arus balik saat relay mati. Dengan sistem ini, wasit garis tidak perlu mengangkat bendera secara manual karena proses deteksi dan penggerakan bendera dilakukan secara otomatis berdasarkan hasil dari sensor inframerah.
4. Sensor Sound
Prinsip kerja :
Rangkaian pada gambar merupakan sistem penghitung skor otomatis yang bekerja berdasarkan deteksi suara peluit menggunakan sensor suara (sound detector). Ketika wasit meniup peluit, sensor akan mendeteksi suara tersebut dan menghasilkan sinyal logika yang kemudian diperkuat dan distabilkan menggunakan rangkaian op-amp dalam konfigurasi voltage follower. Output dari op-amp kemudian digunakan untuk mengaktifkan relay, yang selanjutnya memberikan pulsa ke rangkaian counter. Rangkaian penghitung ini menggunakan IC 74192, yaitu up/down BCD counter yang menghitung dalam format desimal (0–9) dan bisa dihitung naik (up) maupun turun (down) tergantung pada sinyal input.
Output biner dari IC 74192 kemudian diteruskan ke IC 7448, yang merupakan BCD to 7-segment decoder/driver. IC ini akan mengubah sinyal biner dari counter menjadi pola sinyal untuk menampilkan angka pada seven segment display. Terdapat dua digit seven segment, sehingga sistem mampu menampilkan skor dua digit, yaitu dari 00 hingga 99. Rangkaian ini secara otomatis menambah skor setiap kali suara peluit terdeteksi, membuatnya ideal untuk sistem pertandingan otomatis seperti robot sepak bola. Dengan memanfaatkan kombinasi dari sensor suara, penguat op-amp, counter digital, dan decoder 7-segment, sistem ini mampu melakukan penghitung skor secara real-time dan akurat tanpa perlu intervensi manual.
Komentar
Posting Komentar